ADIL KA' TALINO, BACURAMIN KA' SARUGA, BASENGAT KA' JUBATA...

Kamis, 07 Mei 2009

Kehadiran Kepengurusan Dekranasda Awal Dari Kebangkitan Kerajinan Landak


NGABANG- Bupati Kabupaten Landak DR Adrianus AS menyatakan kehadiran Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Landak periode 2009-2013, merupakan satu momentum bangkitnya kerajinan-kerajinan rakyat yang ada di Kabupaten Landak.
Demikian dikatakan bupati, ketika melantik kepengurusan Dekranasda Kabupaten Landak, Kamis (7/5/09), kemarin di auala Kantor Bupati Landak.


Ini, kata mantan Kadis Pendidikan Landak, menjadi salah satu modal kita, khususnya upaya kita untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan, yang berbasis kegiatan oleh rakyat itu sendiri. Mengapa hal ini penting, karena Dekranasda adalah satu wadah atau lembaga yang diharapakan bisa melakukan pembinaan pengembagan, pemasaran, dana atpokasi terhadap potensi-potensi masyarakat khusussnya dibidag kerajinan di Kabupaten Landak. “Kalau kita kaji masalah kerajinan, ketika melihat kehidupan masyarakat, dan untuk saat ini memang produk kerajinan ini baru dalam batas oleh masyarakat sendiri, demikian juga kualitas masih asal-asalan. Seperti tikar pandan, hanya untuk duduk, tidur , dengan begitu, ya sudah. Yang penting asal ada, demikin juga kerja yang lian, pada hal ini satu potensi, kalau kita lihat di daerah terhadap hasl kerajinan dengan baik kerajinan ini menjadi mata pencarian masyarakat, kalau kita lewat dari Bandung, Ciajanjur, Puncak, Bogor, kiri kanan jalan disepajang jalan nampak selalu kerajinanm dari kerabah, dari tanah liat, lebih-lebih di daerah Provisni Bali, orang melihat sepotong kayu beda dengan orang Kalimantan, di Bali dia bisa menaksir menghasilkan uang berapa, tapi kalau kita di Kalimantan melihat kayu, kayu bagus hanya ntuk bahan bakar kayu api, padahal ini menjadi sumber , dengan mengingkatakan nilai kayu, menjadi benda seni yang bernilai tinggi. Seperti aat ini di KM 20 Ngabang, salah satu bentuk bukti, mungkin dari kacamata orang tidak punya nilai apa-apa, dengan sentuhan seni yang tinggi, daya kreatipis tinggi, harga yang di hasilkan lebih dari 5 juta, sepeti itu yang kita harapkan, kalau orng Bali, Jabar dan Jateng, cari bahan kerajinan susah, tapi dikita berlimpah ruah, kayu apa saja ada, kita sering pergi kemana-mana paling-paling gantung kunci, kipas dan sebagainya, paling tidak harga 1 buh 5000 atau 1000, mereka susah carinya, tapi dikita pergi kehutan banyak, tapi tak ada yang melakukan itu, ternasuk banmbu, rotan, padan banyak sekali yang masih banyak dan murah, dan mudah dicari, seperti ini menjadi potensi, dengan dilantiknya Dekranasda harus punya program untuk mengembangkan hal seperti ini.
Selain itu, tamb hanya, pembinaan terhadap pengerajin bisa terarah, pembinaan selama ini dilakukan Perindagkop Kabupaten Landak, tapi karena masyarakat ini masih pola pikir belum maju, masih tradisional, memang agak susuah untuk memajukan rakyat kita. “Tapi ini tantangan jangan kita sebagai pembina jangan patah semangat. Pak Jaidu juga sering bicara dengan kita, baru pelantihan bulan lalu sudah bubar, yang gerjakan UPR Babanto itu adalah orang Jawa, tdak ada orang kita, makanya untuk merubah mentalitas orang kita memerlukan waktu, “ imbuhnya. (*)

1 komentar:

F. Darmianto mengatakan...

Dari seorang utusan Pemda Landak di Bandung.
Saat itu saya pernah mengikuti acara adat orang Sunda, namanya Tumpek Kaliwon yang diadakan oleh organisasi Lentera Nusantara.
Yang membuat saya terkagum-kagum ketika sekelompok anak kecil berusia sekitar 8-12 tahun dengan lincahnya memainkan Rampak Kendang, kesenian musik orang sunda.
Saya terpikir dengan kesenian musik orang kita, orang Dayak...
Adakah anak usia 8-12 tahun yang sudah bisa memainkan "dau"?
Kenapa mereka bisa dan kita tidak?
Sekedar pendapat, bagaiman jika kesenian musik dayak dimasukkan kedalam mata pelajaran Muatan lokal.
Saya yakin dengan demikian budaya lokal kita sedikit terselamatkan.
Semoga ini dibaca oleh Pak Bupati langsung.
Terima kasih....
Salam rindu dari kami yang saat ini menimba ilmu.